Kamis, 24 Januari 2013

SULIEK AIA

Nagari Sulit Air

Sunday, July 30, 2006


Nagari Sulit Air



Nagari Sulit Air merupakan salah satu nagari yang luas di Sumatera Barat. Nagari ini adalah terletak di Kecamatan Sepuluh Koto Di Atas, Kabupaten Solok (Utara). Lokasinya dari pinggir Danau Singkarak lebih kurang 12 km melewati nagari Tanjung Balik dan Paninjauan.
Ada sembilan Nagari di Kecamatan X Koto Diatas :
- Sulit Air
- Tanjuang Baliak
- Paninjauan
- Pasilihan
- Bukit Tanduang
- Siberambang Ateh
- Kuncia
- Katialo
- Lubang Panjang
Nagari Sulit Air ini memiliki beberapa kekhasan alam dan budaya, di antaranya adalah Gunung Merah Putih, Rumah Gadang terpanjang 20 Ruang, Jenjang 1000, Batu Tergantung, dan beberapa peninggalan adat-istiadat yang agak berbeda dengan peninggalan-peninggalan adat Minangkabau pada umumnya.
Masakan khas daerah ini adalah "samba hitam" yang dibuat dari bumbu buah galundi (seperti biji kopi). Namun sudah tidak banyak yang memproduksi samba hitam ini. Beberapa rumahtangga dari "urang saisuak" masih mahir dalam membuat samba hitam yang dikombinasikan dengan daging ayam, maco atau daging sapi.
Kapalo nagarinyo bernama Firdaus Kahar.
Ada beberapa suku di nagari Sulit Air, Limo Panjang, Limo Singkek, Simabur dan Piliang.
Sebagian besar masyarakat asli Sulit Air hidup di perantauan. Mereka memiliki organisasi perantauan yang dinamakan SAS (Sulit Air Sepakat) dan IPPSA (ikatan Pemuda Pelajar Sulit Air). Banyak sekali peran serta masyarakat perantauan dalam pembangunan nagari sejak berpuluh puluh tahun lalu.
Ada beberapa alasan kenapa anda harus berkunjung ke nagari ini :
>Pemandang alam yang indah
>Peninggalan budaya seperti rumah gadang, batu bagantuang dsb.
>Mencicipi makan khas "samba hitam"
>Melihat pembangunan hasil sumbangan warga perantauan untuk kaji banding

Dari Sulit Air anda bisa melanjutkan perjalan ke danau Singkarak, Tanah Datar dan Bukittinggi atau kota-kota lain di Sumatera Barat.

(Bila anda mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai Sulit Air silahkan kirim ke zoriona@yaho.com)






Datuk, Yang Dihormati Yang Disegani
Reporter : Vincent Hakim Roosadhyindosiar.com, Solok
Inilah Nagari Sulit Air. Sebuah kampung di Solok, Sumatera Barat. Seperti masyarakat Minang kebanyakan, kaum di Nagari inipun masih kental memegang adat.Nama Sulit Air, dari beberapa hikayat yang beredar, konon diberikan oleh Datuk Mulo Nan Kawi, yang berasal dari Tanah Pariangan Padang Panjang. Datuk Mulo, bersama istrinya, Puti Anggo Ati, beserta para pengikutnya, ketika itu tengah melakukan perjalanan mencari tempat permukiman baru.Hingga akhirnya tiba di sebuah daerah, yang kemudian diberi nama Sulit Air. Nama ini, sesuai dengan kondisi daerahnya yang memang sulit mendapatkan air. Lokasinya yang berada di ketinggian yang berbatu-batu, membuat air di Nagari ini begitu berharga. Jadilah daerah ini bernama Sulit Air.Nagari Sulit Air, kini dihuni oleh empat suku besar. Limo Singkek, Limo Panjang, Piliang dan Simabua. Dari empat suku besar inilah terdapat sedikitnya 116 datuk.Di ranah Minang, pada umumnya, datuk merupakan gelar yang melekat secara turun-temurun, kepada pribadi tokoh adat masyarakat. Seorang datuk adalah tokoh masyarakat, yang sangat dihormati dan disegani. Seorang datuk yang juga adalah penghulu, merupakan tokoh panutan yang selalu menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat.Gelar datuk di Nagari Sulit Air, juga diberikan kepada seseorang yang dianggap telah berbakti dan banyak berjasa bagi masyarakatnya. Gelar datuk ini biasa disebut dengan datuk kehormatan. Untuk memilih dan menentukan seseorang pantas menyandang gelar datuk kehormatan ini, bukan perkara mudah. Paling tidak dibutuhkan waktu 3 bulan untuk memutuskannya.Kaum telah bersepakat. Sang calon datuk kehormatan telah ditentukan. Gelar Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo, telah disiapkan. Waktu penobatanpun putus sudah. Laiknya sebagai tokoh dan pemimpin besar, sang calon penerima gelar datuk kehormatan, disambut secara meriah oleh para datuk dan masyarakat. Sang penerima gelar diarak memasuki gerbang Nagari.Makan sirih menjadi semacam ritual wajib, bagi seorang tamu terhormat yang telah diterima dalam sebuah keluarga besar. Tak terkecuali bagi penerima gelar datuk kehormatan Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo. Makan sirih merupakan simbol, ucapan selamat datang.Upacara pelantikan datuk kehormatan, akan berlangsung tiga hari tiga malam berturut-turut. Sebelum seluruh acara tradisi dimulai, sang calon penerima gelar datuk kehormatan, ditempatkan dalam rumah adat gadang dengan upacara perarakan.Hari pertama dimulai. Sang penerima gelar, diarak ke rumah gadang 20 ruang. Rumah gadang 20 ruang menjadi pusat acara seremonial, pelantikan datuk kehormatan. Rumah gadang 20 ruang merupakan rumah terbesar, dengan 20 ruangan di dalamnya. Rumah yang telah berdiri puluhan tahun ini, konon merupakan rumah adat Limo Panjang terbesar.Menjelang hari puncak acara pengukuhan gelar datuk kehormatan Bandaharo Sutan Nan Kayo, para datuk yang diwakili para wakil datuk dari masing-masing suku terbesar di Nagari Sulit Air, menjalankan upacara mengisi adat, atau mangisi adek.Mengisi adat adalah semacam sidang internal para tokoh adat Limo Panjang, di mana sang calon penerima gelar mempunyai darah keturunan. Sidang ini berkaitan dengan pemberian gelar anak kemenakan. Yaitu gelar setelah menikah, sebagai simbol kedewasaan. Gelar Sutan Mangkuto diberikan untuk gelar anak kemenakan.Berbalas pantun menjadi bagian penting, dalam acara mengisi adat. Berbalas pantun dilakukan oleh beberapa orang wakil datuk, dari empat suku terbesar. Isinya berkaitan dengan persembahan dan minta restu atau izin, menjelang pengukuhan gelar. Biasanya masing-masing wakil datuk melontarkan sebuah pantun, yang kemudian dibalas oleh wakil datuk yang lain. Acara mengisi adat diakhiri dengan santap bersama, sebagai sarana kebersamaan dan persaudaraan.Setelah menerima pengakuan sebagai anak kemenakan Limo Panjang, sang datuk menjalani upacara sirih atau siriah kaduik. Yakni pergi ke rumah anak dara, si pengantin wanita atau anak daro. Siriah kaduik merupakan acara peminangan. Hal ini dilakukan karena sang pengantin wanita, bukan berasal dari suku dan adat istiadat yang sama. Upacara sirih juga merupakan simbol pengakuan bagi anak daro, untuk masuk dalam keluarga besar suku adat Limo Panjang.Bagi masyarakat Sulit Air, seperangkat sirih merupakan komponen penting dalam setiap kehidupan adat. Sirih, kapur, pinang, gambir dan tembakau, adalah simbol penerimaan keakraban. Di rumah adat anak daro, seperangkat sirih Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo diterima secara adat. Dan sang datuk pun disandingkan dengan mempelai anak daro.Hari yang dinantikan tiba. Pengukuhan gelar datuk kehormatan Bandaharo Sutan Nan Kayo, dilakukan pada malam hari ini. Semua tamu terhormat, keluarga, para pejabat, para tetua adat, dan para datuk nagari, hadir memenuhi rumah gadang duo puluah ruang. Mereka menjadi saksi.Gelar, dengan lambang pakaian datuk pun, resmi dikenakan Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo. Sejak saat itulah, gelar kehormatan Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo sah disandang. Malam pun menjadi lebih tenang menunggu esok hari, saat perarakan Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo keliling desa.Matahari masih bergelantung rendah di timur, ketika arak-arakan keluarga Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo dan para pengantarnya, berkeliling nagari. Sang datuk mengenakan baju kebesaran dari suku Piliang datuk nan besar. Maarak sirieh godang atau 100 bungo sirieh, masing-masing bungo sirieh dengan empat juadah, keliling nagari mengantar rombongan sang Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo. Dalam tradisi Nagari Sulit Air, acara berkeliling nagari ini dimaksudkan untuk memperkenalkan sang datuk, kepada masyarakat luas.Gelar datuk kehormatan bersifat pribadi, dan tidak melekat secara turun-temurun. Seperti halnya ketika menjelang penentuan sosok penerima gelar datuk, segala sesuatunya dipertimbangkan melalui semacam dewan datuk, demikian pula jika sang datuk melakukan perbuatan tak terpuji. Maka dewan datuk akan membicarakannya secara internal, di dalam dewan datuk.Untuk itulah, pepatah, lebih mudah merebut daripada mempertahankan, kelihatannya juga berlaku di sini. Menjaga gelar datuk kehormatan, adalah segalanya buat seorang datuk yang telah dilantik. Ia tidak hanya membawa pribadinya, namun juga kaum yang telah memberi amanat kepadanya. Baik buruk perilaku Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo, adalah cermin baik buruknya masyarakat Nagari Sulit Air. Tak mudah menjadi datuk.(Idh)5/14/2003

Minggu, 20 Januari 2013

Lirik Lagu Payphone Maroon 5


Lirik Lagu Payphone Maroon 5 - Maroon 5 adalah salah satu grup band yang berasal dari Amerika Serikat dan sudah berdiri semenjak tahun 1994 dan terdiri dari anggota aktif hingga kini, yaitu Adama Levine sebagai vokal dan gitar, Jesse Carmichael sebagai keyboard, Mickey Madden sebagai bass, James Valentine sebagai gitar, Matt Flynn sebagai drum.

Lirik Lagu Payphone Maroon 5

Meski tercatat sebagai salah satu grup band yang sudah berusia tua, tetapi keberadaan Maroon 5 masih tetap eksis hingga kini, dan terbukti salah satu singel teranyar terbaru yang cukup populer adalah lagu berjudul Payphone. Lagu Payphone sendiri merupakan lagu terbaru dari Maroon 5 yang dirilis sekitar 5 bulan yang lalu, dan kini tengah menjadi salah satu hitz di situs berbagi video Youtube dengan jumlah penonton sekitar 80 juta orang.

Lirik Lagu Payphone Maroon 5

Karena lagu Payphone yang dibawakan oleh Maroon 5 juga cukup populer di Indonesia, maka pada kesempatan ini blog Karo Cyber akan mempublikasikan lirik lagu Payphone kepada teman-teman semuanya. Secara lengkap lirik lagu Payphone ini bisa kamu simak selengkapnya dibawah ini:

I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it's all wrong, where are the plans we made for two?

Yeah, I, I know it's hard to remember
The people we used to be
It's even harder to picture
That you're not here next to me
You say it's too late to make it
But is it too late to try?
And in our time that you wasted
All of our bridges burned down

I've wasted my nights
You turned out the lights
Now I'm paralyzed
Still stuck in that time when we called it love
But even the sun sets in paradise

I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it's all wrong, where are the plans we made for two?

If happy ever after did exist
I would still be holding you like this
All those fairytales are full of sh*t
One more stupid love song I'll be sick

You turned your back on tomorrow
Cause you forgot yesterday
I gave you my love to borrow
But just gave it away
You can't expect me to be fine
I don't expect you to care
I know I've said it before
But all of our bridges burned down

I've wasted my nights
You turned out the lights
Now I'm paralyzed
Still stuck in that time when we called it love
But even the sun sets in paradise

I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it's all wrong, where are the plans we made for two?

If happy ever after did exist
I would still be holding you like this
All those fairytales are full of sh*t
One more stupid love song I'll be sick

Now I'm at a payphone...

[Wiz Khalifa]
Man work that sh*t
I'll be out spending all this money while you sitting round
Wondering why it wasn't you who came up from nothing
Made it from the bottom
Now when you see me I'm stunning
And all of my cars start with the push up a button
Telling me the chances I blew up or whatever you call it
Switched the number to my phone
So you never could call it
Don't need my name on my show
You can tell it I'm ballin'
Swish, what a shame could have got picked
Had a really good game but you missed your last shot
So you talk about who you see at the top
Or what you could've saw
But sad to say it's over for
Phantom pulled up valet open doors
Wiz like go away, got what you was looking for
Now ask me who they want
So you can go and take that little piece of sh*t with you

I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it's all wrong, where are the plans we made for two?

If happy ever after did exist
I would still be holding you like this
All those fairytales are full of sh*t
One more stupid love song I'll be sick

Now I'm at a payphone...


Video Klip Lagu Payphone Maroon 5

Nah... setelah mendapatkan lirik Lagu Payphone, maka berikut teman-teman bisa menyaksikan cuplikan lagu Payphone Maroon 5 yang bersumber dari situs berbagi video youtube berikut ini:

 
Video Lagu Payphone Maroon 5
 
 
http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=KRaWnd3LJfs

Demikianlah postingan mengenai Lirik Lagu Payphone Maroon 5 kami sampaikan kepada teman-teman semuanya. Semoga dengan kehadiran postingan ini kiranya bisa membuat teman-teman terhibur.

Jumat, 18 Januari 2013

FACkHROzY

Asal Mula Sungai Ombilin dan Danau Singkarak


Danau Singkarak, sumatra barat
Danau Singkarak dengan luas 107,8 m2 merupakan danau terluas kedua setelah Danau Toba di Pulau Sumatra, Indonesia. Danau yang berada di ketinggian 36,5 meter dari permukaan laut ini terletak di dua kabupaten di Provinsi Sumatra Barat, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Menurut cerita, danau yang juga merupakan hulu Sungai Batang Ombilin ini dahulu memang merupakan lautan luas. Namun karena terjadi sebuah peristiwa yang luar biasa, air laut tersebut menyusut. Peristiwa Apakah yang menyebabkan air laut tersebut menyusut, sehingga lautan itu berubah menjadi danau? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Asal Mula Sungai Ombilin dan Danau Singkarak berikut ini.

* * *

Alkisah, di sebuah kampung di daerah Sumatra Barat, hiduplah keluarga Pak Buyung. Ia tinggal di sebuah gubuk di pinggir laut bersama istri dan seorang anaknya yang masih kecil bernama Indra. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Pak Buyung bersama istrinya mengumpulkan hasil-hasil hutan dan menangkap ikan di laut. Setiap pagi mereka pergi ke hutan di Bukit Junjung Sirih untuk mencari manau, rotan, dan damar untuk dijual ke pasar. Jika musim ikan tiba, mereka pergi ke laut menangkap ikan dengan menggunakan pancing, bubu ataupun jala.

Ketika sudah berumur sepuluh tahun, Indra sering membantu kedua orangtuanya ke hutan maupun ke laut. Betapa senang hati Pak Buyung dan istrinya mempunyai anak yang rajin seperti Indra. Namun, ada satu hal yang membuat mereka risau, karena si Indra memiliki suatu keanehan, yaitu selera makannya amatlah berlebihan. Dalam sekali makan, ia dapat menghabiskan nasi setengah bakul dengan lauk beberapa piring.

Pada suatu ketika, musim paceklik tiba. Baik hasil hutan maupun hasil laut sangat sulit diperoleh. Untuk itu, keluarga Pak Buyung harus berhemat terutama menahan selera makan. Mereka harus makan apa adanya. Jika tidak ada nasi, mereka makan ubi atau pun keladi (talas). Cukup lama musim paceklik berlangsung, sehingga mereka semakin kesulitan mendapatkan makanan. Hal itu rupanya membuat mereka lebih peduli pada diri sendiri daripada terhadap anaknya. Kesulitan mendapatkan makanan itu juga membuat mereka hampir berputus asa. Mereka sering bermalas-malasan pergi mencari rotan ke hutan dan mencari ikan ke laut.

Sudah beberapa hari keluarga Pak Buyung hanya makan ubi bakar. Tentu hal itu tidak mengenyangkan perut si Indra. Suatu hari, Indra menangis minta makanan kepada kedua orangtuanya.

“Ayah, carikan saya makanan! Saya sangat lapar,” keluh Indra.

“Hei, anak malas! Kalau kamu lapar carilah sendiri makanan ke hutan atau ke laut sana!” seru ayahnya dengan nada kesal.

“Pak! Bukankah anak kita masih kecil? Tentu dia belum bisa mencari makanan sendiri,` sahut sang Ibu.

“Iya, dia memang masih anak-anak. Tapi, dia yang paling banyak makannya,” bantah sang suami.

Mendengar bantahan suaminya itu, sang Istri pun diam. Ia kemudian membujuk Indra agar berangkat sendiri ke Bukit Junjung Sirih untuk mencari hasil-hasil hutan di Bukit. Indra pun menuruti nasehat ibunya. Sebelum berangkat ke hutan, Indra terlebih dahulu memberi makan seekor ayam piaraannya yang bernama Taduang. Si Taduang adalah seekor ayam yang pandai. Setiap kali tuannya (si Indra) pulang dari hutan, ia selalu berkokok menyambut kedatangan tuannya.

Menjelang siang, Indra pulang dari hutan tanpa membawa hasil. Keesokan harinya, ayahnya memerintahkannya pergi ke laut untuk memancing ikan. Saat Indra pergi ke laut, ayah dan ibunya hanya tidur-tiduran di gubuk. Tampaknya, mereka benar-benar sudah putus asa menghadapi kesulitan hidup. Keadaan demikian berlangsung selama sebulan, sehingga Indra merasa tubuhnya sangat lelah dan berniat untuk beristirahat beberapa hari.

Pada suatu hari, sepulang dari laut mencari ikan, Indra berkata kepada ayahnya:

“Ayah! Badanku terasa sangat letih. Bolehkah saya beristirahat untuk beberapa hari?” pinta Indra.

“Apa katamu? Dasar anak malas! Kamu tidak boleh beristirahat. Besok kamu harus tetap kembali ke laut mencari ikan,” ujar sang Ayah.

Oleh karena tidak ingin membatah perintah ayahnya, keesokan harinya Indra pergi ke laut mencari ikan. Ketika Indra berangkat ke laut, secara diam-diam ibunya juga berangkat ke laut. Tapi, ia menuju ke sebuah tanjung, agak jauh dari tempat Indra mencari ikan. Sementara ayahnya pergi ke hutan.

Menjelang siang, Pak Buyung kembali dari hutan dengan membawa seikat ijuk. Sesampainya di rumah, ia melihat istrinya sedang membersihkan pensi (sejenis kerang berukuran kecil).

“Sedang apa, Bu?” tanya Pak Buyung kepada istrinya.

“Sedang membersihkan pensi, Pak! Tadi ketika hendak mencari ikan di laut, aku melihat banyak warga dari kampung tetangga sedang mencari pensi. Akhirnya aku pun ikut mencari pensi bersama mereka,” jawab istrinya.

“Bagaimana cara memasaknya? Bukankah Ibu belum pernah memasak pensi sebelumnya? ” tanya Pak Buyung.

“Tenang, Pak! Kata seorang warga dari kampung tetangga, daging pensi enak jika dimasak pangek[1],” jelas istrinya.

“Wah, kalau begitu, kita makan enak siang ini,” ucap Pak Buyung sambil mengusap-usap perutnya yang sudah keroncongan.

Setelah membersihkan pensi itu, sang Istri pun segera membuatkan bumbu dan memasaknya. Tak lama kemudian, aroma masakan pangek pun tercium oleh Pak Buyung.

“Wah, harum sekali aromanya. Istriku memang pintar memasak,” puji Pak Buyung seraya mendekati istrinya yang sedang masak di dapur.

“Bu, apakah pangek ini cukup kita makan bertiga?” tanya Pak Buyung.

“Tentu saja cukup,” jawab istrinya.

“Apakah Ibu sudah lupa kalau si Indra makannya banyak? Pangek ini pasti tidak cukup dia makan sendiri,” kata Pak Buyung.

`Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan, Pak?” tanya istrinya.

“Bagaimana kalau kita makan diam-diam, selagi si Indra masih berada di laut,” saran Pak Buyung.

“Tapi, sebentar lagi dia pulang,” kata istrinya.

“Kalau dia pulang, pasti akan ketahuan.,” ucap Pak Buyung.

“Bagaimana Bapak bisa mengetahuinya!” tanya istrinya.

“Jika si Taduang berkokok, berarti si Indra telah pulang,” jawab Pak Buyung.

Sang Istri pun mengangguk-angguk mendengar jawaban suaminya. Keduanya pun menyantap pangek itu dengan lahapnya. Namun, baru makan beberapa suap, tiba-tiba ayam peliharaan Indra berkokok. Mendengar kokok ayam itu, kedua suami-istri itu segera mencuci tangan, lalu membereskan makanan dan menyembunyikannya di bawah tempat tidur. Ketika Indra masuk ke gubuk, ia melihat kedua orangtuanya sedang duduk-duduk bersantai. Kedua orangtuanya terlihat tenang, seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi.

“Hei, Indra! Mana ikan yang kamu peroleh?” tanya ayahnya.

“Maaf, Ayah! Hari ini aku tidak memperoleh ikan?” jawab Indra dengan wajah kusut.

“Kenapa kamu pulang kalau belum memperoleh ikan?” tanya ayahnya.

“Maaf, Ayah! Saya sangat letih dan lapar,” jawab Indra.

“Hei, apa yang bisa kamu makan kalau tidak memperoleh ikan?” sang Ayah kembali bertanya.

“Saya sudah berusaha, Ayah. Tapi belum berhasil,” jawab Indra.

“Ayah, Ibu! Adakah sesuatu yang bisa saya makan. Sekedar pengganjal perut,” pinta Indra kepada kedua orangtuanya.

“Tidak! Hari ini tidak ada makanan untuk anak pemalas,” kata ayahnya.

“Tapi, Ayah! Saya lapar sekali,” keluh Indra sambil memegang perutnya.

“Baiklah! Kamu boleh makan, tapi kamu harus mencuci ijuk ini sampai bersih,” sahut ibunya sambil menyerahkan ijuk yang tadi dibawa suaminya dari hutan.

Indra pun segera pergi ke laut mencuci ijuk itu karena ingin mendapatkan makanan dari kedua orangtuanya. Ketika Indra berangkat ke laut, kedua orangtuanya kembali melanjutkan acara makan mereka.

“Wah, meskipun baru kali ini Ibu memasak pangek pensi, tapi rasanya lezat sekali,” sanjung Pak Buyung kepada istrinya.

Sang Istri tersenyum mendengar sanjungan suaminya. Kemudian sepasang suami istri itu makan pangek dengan lahapnya. Mereka baru berhenti makan setelah perut mereka benar-benar sudah penuh. Selesai makan, mereka kembali menyembunyikan makanan yang masih tersisa di bawah tempat tidur. Tidak beberapa lama kemudian, si Taduang terdengar berkokok, pertanda tuannya telah kembali dari laut. Ketika masuk ke dalam gubuk, Indra melihat kedua orangtuanya masih sedang duduk bersantai.

“Bagaimana? Apakah ijuk itu sudah bersih kamu cuci?” tanya ibunya.

“Sudah, Bu,” jawab Indra sambil meletakkan ijuk itu di depan ibunya.

“Hah! Kenapa masih hitam begini? Kamu harus mencucinya hingga berwarna putih,” ujar ibunya.

“Tapi, Bu! Aku sudah berusaha mencucinya berkali-kali, bahkan aku menggosoknya dengan campuran pasir, tapi masih tetap berwarna hitam,” sanggah Indra.

“Ah, alasan saja! Cuci lagi ijuk itu ke laut!” seru ayahnya.

Dengan langkah sempoyongan, Indra pun kembali ke laut. Sesampainya di laut, ia terus berusaha mencuci dan menggosok ijuk itu hingga berkali-kali, tetapi tetap saja berwarna hitam. Rupanya Indra yang masih anak-anak tidak mengetahui jika ijuk itu memang pada dasarnya berwarna hitam. Meskipun ijuk itu berkali-kali dicuci dan digosok, tentu tidak akan pernah berwarna putih.

Menjelang senja, Indra kembali ke gubuknya. Ketika masuk ke ruang tengah gubuknya, ia tidak lagi melihat kedua orangtuanya duduk-duduk. Dengan pelan-pelan, ia melangkah menuju ke ruang dapur. Betapa terkejutnya ia ketika melihat kedua orangtuanya sedang tertidur pulas di ruang dapur. Di sekeliling mereka berserakan piring makan, bakul nasi, dan panci pangek pensi yang telah kosong. Hanya kuah dengan beberapa cuil daging pensi yang tersisa.

Alangkah sedihnya hati Indra menyaksikan semua itu. Kini ia menyadari bahwa kedua orangtuanya telah menipu dan membohonginya. Namun, sebagai anak yang berbakti, dia tidak ingin marah kepada mereka yang telah melahirkannya. Ia pun berjalan keluar dari gubuknya sambil mengusap air mata yang menetes di pipinya. Saat berada di luar gubuk, ia langsung menangkap ayam kesayangannya, si Taduang. Kemudian ia duduk di atas batu di samping gubuknya sambil mengusab-usap bulu si Taduang.

“Taduang! Rupanya Ayah dan Ibuku telah menipuku. Untuk apalagi aku tinggal bersama mereka di sini, kalau mereka sudah tidak menyayangiku lagi,” kata Indra kepada ayamnya.

Mendengar pernyataan Indra, ayam itu pun berkokok berkali-kali, pertanda bahwa ia mengerti perasaan tuannya. Si Taduang kemudian mengepak-ngepakkan sayapnya. Indra pun mengerti bahwa ayam kesayangannya itu akan mengajaknya pergi meninggalkan kampung itu. Dengan cepat, Indra pun segera berpegangan pada kaki si Taduang. Beberapa saat kemudian, si Taduang terbang ke udara, sementara Indra tetap berpegangan pada kakinya. Saat tubuh Indra terangkat, batu tempat Indra duduk itu juga ikut terangkat. Anehnya, semakin tinggi mereka terbang, batu itu semakin membesar. Akhirnya, si Taduang pun sudah tidak kuat lagi membawa terbang si Indra bersama batu besar itu. Melihat hal itu, Indra pun segera menyentakkan kakinya, sehingga batu besar itu melesat menuju ke bumi dan menghantam salah satu bukit yang ada di sekitar lautan. Hantaman batu itu membentuk sebuah lubang memanjang. Dengan cepat, air laut pun mengalir ke arah lubang itu dan menembus bukit, sehingga membentuk aliran sungai.

Konon, itulah yang menjadi asal mula Sungai Batang Ombilin, yang bermuara ke daerah Riau. Semakin lama air laut itu semakin menyusut, sehingga lautan itu berubah menjadi Danau Singkarak yang hingga kini menjadi kebanggaan masyarakat Solok. Sementara Indra yang diterbangkan oleh ayam kesayangannya, si Taduang, hingga kini tidak diketahui keberadaannya.

* * *

Danau Singkarak dan Sungai Ombilin

Demikian cerita Asal Mula Sungai Ombilin dan Danau Singkarak dari daerah Sumatra Barat, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori legenda yang mengandung pesan-pesan moral. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah akibat buruk dari sifat suka mementingkan diri sendiri. Sifat ini tercermin pada sikap dan perilaku Pak Bujang bersama istrinya yang lebih mementingkan diri mereka sendiri dan melalaikan anak mereka yang sedang kelaparan. Akibatnya, mereka pun ditinggal pergi oleh anaknya. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

kerja beramai,

makan sendiri

LyRiC lAgU WE ArE YOUNg

Girl give me a second I,
I need to get my story straight
My friends are in the bathroom getting higher than the Empire State
My lover she�s waiting for me just across the bar
My seat�s been taken by some sunglasses asking bout a scar, and
I know I gave it to you months ago
I know you�re trying to forget
But between the drinks and subtle things
The holes in my apologies, you know
I�m trying hard to take it back
So if by the time the bar closes
And you feel like falling down
I�ll carry you home
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Tonight
We are young
So let�s set the world on fire
We can burn brighter than the sun

Tonight
We are young
So let�s set the world on fire
We can burn brighter than the sun

Now I know that I�m not
All that you got
I guess that I, I just thought
Maybe we could find new ways to fall apart
But our friends are back
So let�s raise a toast
�Cause I found someone to carry me home

Tonight
We are young
So let�s set the world on fire
We can burn brighter than the sun

Tonight
We are young
So let�s set the world on fire
We can burn brighter than the sun

Carry me home tonight (Nananananana)
Just carry me home tonight (Nananananana)
Carry me home tonight (Nananananana)
Just carry me home tonight (Nananananana)

The moon is on my side
I have no reason to run
So will someone come and carry me home tonight
The angels never arrived
But I can hear the choir
So will someone come and carry me home

Tonight
We are young
So let�s set the world on fire
We can burn brighter than the sun

Tonight
We are young
So let�s set the world on fire
We can burn brighter than the sun

So if by the time the bar closes
And you feel like falling down
I�ll carry you home tonight




ini video nya